:::: MENU ::::

Thursday 29 September 2016

Lubang hitam atau yang sering dikenal dengan sebutan Black Hole adalah sebuah ruang di alam semesta, dimana ruang tersebut memiliki gravitasi yang sangat besar dan sangat kuat. Gaya gravitasi yang sangat kuat dari lubang hitam menyebabkan segala sesuatu tidak dapat lolos dari lubang hitam, bahkan cahaya, unsur tercepat di alam semesta pun akan terhisap ke dalam lubang hitam karena besarnya gaya gravitasi dari lubang hitam. Akibatnya, keberadaan black hole sangat sulit diketahui karena tidak ada cahaya yang dapat menembusnya.

Sejarah Dari Lubang Hitam
Teori adanya lubang hitam pertama kali dicetuskan pada abad ke-18 oleh John Michell dan Pierre-Simon Laplace, selanjutnya teori tersebut dikembangkan oleh astronom berkebangsaan Jerman yang bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916. Teori yang dikembangkan oleh Karl Schwarzschild didasari pada teori relativitas umum dari Albert Einstein yang pada akhirnya dikembangkan oleh Stephen William Hawking. Istilah lubang hitam dipopulerkan oleh John Archibald Wheeler pada tahun 1967.

Bagian Dari Lubang Hitam
Lubang hitam terdiri dari dua bagian, yaitu :

  1. Singularity
    Adalah titik yang masih misterius/belum diketahui isinya sampai sekarang ini.
  2. Event HorizonAdalah ruang/wilayah yang memiliki gaya gravitasi yang sangat besar di sekitar black hole.
(Gambar Bagian Lubang Hitam)
Lubang hitam tercipta ketika sebuah bintang yang memiliki massa yang sangat besar telah kehabisan "bahan bakarnya". Pada mulanya, bintang terbentuk dengan tingkat radiasi dan tingkat gravitasi yang seimbang. Seiring berkembangnya inti bintang, akhirnya inti bintang menjadi semakin berat, sampai pada akhirnya bintang tersebut akan meruntuhkan dirinya sendiri pada gravitasinya dan akan terbentuklah sebuah titik yang disebut singularity.

Mendeteksi Lubang Hitam
Untuk mengetahui keberadaan lubang hitam, para ahli mendeteksinya dengan tiga cara, antara lain :

  1. Mendeteksi gelombang radio yang dipancarkan oleh lubang hitam
    Lubang hitam sendiri sebenarnya memancarkan gelombang radio yang dapat digunakan para ahli untuk mendeteksi keberadaannya.

  2. Mendeteksi pancaran sinar X yang dipancarkan oleh lubang hitam
    Selain memancarkan gelombang radio, lubang hitam juga memancarkan sinar X yang digunakan bagi para ahli untuk menentukan keberadaannya.

  3. Mendeteksi cahaya tampak yang berada di sekitar lubang hitam
    Para ahli dapat mendeteksi keberadaan lubang hitam melalui benda - benda langit yang dilewati oleh lubang hitam sendiri. Ketika lubang hitam melewati sebuah galaksi, maka akan tampak lubang di tengah galaksi karena sifat dari lubang hitam sendiri yaitu menyerap cahaya akibat gaya gravitasinya yang sangat besar. Dari sifat lubang hitam tersebut, para ahli dapat mendeteksi keberadaan lubang hitam.

  4. Mendeteksi orbit obyek - obyek luar angkasa
    Lubang Hitam dapat di deteksi pula dengan melihat orbit obyek - obyek luar angkasa yang sangat rumit, yang ternyata orbit - orbit tersebut dipengaruhi oleh adanya lubang hitam.
Kematian Lubang Hitam
Lubang hitam akan mati melalui sebuah proses radiasi Hawking. Proses ini seperti membongkar bagian per bagian dari lubang hitam. Selama berjalannya waktu, lubang hitam akan semakin mengecil sampai pada akhirnya mengalami ledakan yang sangat besar. Akan tetapi, proses ini memakan waktu yang sangat lama. Mungkin saja manusia tidak dapat menyaksikan apa - apa dari proses ini.
Di dalam Ilmu Astronomi, terdapat tiga hukum yang ditemukan oleh seorang ahli matematika dan astronomi berkebangsaan Jerman; Johannes Kepler (1571 - 1630) didasari pengamatan yang telah dikumpulkan Tycho Brahe (1546 - 1601, pria berkebangsaan Denmark selama 30 tahun.

Hukum Kepler menjelaskan sistem peredaran planet - planet mengelilingi Matahari. Ia meyakini bahwa ilmu geometri dan ilmu matematika dapat digunakan untuk menjelaskan jarak, angka, dan gerak planet. Kepler percaya bahwa Matahari menyebabkan gaya - gaya pada planet dan menempatkan Matahari sebagai pusat sistem.

Kepler mengemukakan tiga hukum yang sampai sekarang masih digunakan untuk menjelaskan sistem peredaran planet - planet, diantaranya :

1. Hukum Kepler I
Hukum Kepler I menjelaskan bahwa planet - planet bergerak mengelilingi Matahari dengan lintasan berbentuk elips, dimana Matahari berada pada salah satu titik fokusnya. Hukum Kepler I berbunyi :
"Semua planet bergerak pada lintasan elips mengitari Matahari dengan Matahari berada di salah satu fokus elips."
(Gambar Hukum Kepler I)
 Menurut gambar diatas, dijelaskan bahwa dalam proses peredaran planet mengelilingi Matahari, planet menempuh lintasan yang berbentuk elips yang memiliki dua fokus, dimana Matahari berada di salah satu fokus tersebut.

Ketika planet berada pada jarak terjauh dari Matahari, maka planet berada pada Titik Aphelium (Titik terjauh planet terhadap Matahari). Pada gambar, titik Aphelium terletak pada ujung lintasan planet di sebelah kanan.
Ketika planet berada pada jarak terdekat dari Matahari, maka planet berada pada Titik Perihelium (Titik terdekat planet terhadap Matahari). Pada gambar, titik Perihelum terletak pada ujung lintasan planet di sebelah kiri.
2. Hukum Kepler II
Hukum Kepler II menjelaskan tentang kecepatan orbit planet menyapu luasan yang sama. Hukum Kepler II berbunyi :
"Suatu garis khayal yang menghubungkan Matahari dengan planet menyapu luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama."
(Gambar Hukum Kepler II)
Menurut gambar diatas, dijelaskan bahwa perpindahan planet pada daerah di dekat Matahari dengan perpindahan planet pada daerah yang jauh dari Matahari menyapu luasan yang sama dengan waktu yang sama pula.

Laju revolusi planet terbesar adalah ketika garis khayal terpendek, yaitu ketika planet berada paling dekat dari Matahari (Titik Aphelium). Laju revolusi planet terkecil adalah ketika garis khayal terpanjang, yaitu ketika planet berada paling jauh dari Matahari (Titik Perihelium). Dengan metode ini, kita dapat mengetahui posisi planet pada waktu yang akan datang.

3. Hukum Kepler III
Hukum Kepler III atau yang biasa dikenal sebagai Hukum Harmonik menjelaskan periode revolusi planet - planet yang mengelilingi Matahari. Hukum Kepler III berbunyi :
"Perbandingan kuadrat periode terhadap pangkat tiga dari setengah sumbu panjang elips adalah sama untuk semua planet."
Hukum ini dapat ditulis sebagai :

Keterangan :
T1 = Periode revolusi planet 1
T2 = Periode revolusi planet 2
R1 = Jari-jari rata-rata orbit planet 1
R2 = Jari-jari rata-rata orbit planet 2

Fungsi Hukum Kepler 
Dalam kehidupan manusia saat ini, hukum kepler digunakan untuk menentukan lintasan planet atau benda - benda langit yang mengorbit Matahari. Hukum ini juga dapat digunakan untuk menentukan orbit satelit terhadap suatu planet. Selain itu, hukum kepler digunakan untuk menentukan posisi/letak planet di masa yang akan datang.

Sekian ulasan tentang Hukum Kepler dan Fungsinya, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca artikel ini. Terima kasih atas kunjungannya.


Wednesday 28 September 2016

Sejak zaman dahulu, manusia telah mengembangkan ilmu astronomi. Mulai dari awalnya tanpa menggunakan alat bantu sampai sekarang dengan teknologi yang canggih. Hingga pada akhirnya, terdapat 2 teori tentang alam semesta yang masih ada sampai saat ini.
  1. Teori Geosentris dikemukakan oleh beberapa filsuf seperti Amaximandaros, Aristoteles, Hipparchus, dan pada puncaknya yaitu Ptolomeus yang membuat peta benda - benda langit dalam buku Almagest yang dikenal sebagai model Geosentris atau Sistem Ptolemaik (Diambil dari nama Ptolomeus).

    Teori ini menyatakan bahwa bumi sebagai pusat tata surya, dimana matahari, bulan, dan benda - benda langit mengelilingi bumi berdasarkan pengamatan dari pergerakan matahari. Pada zaman itu,semua orang - orang mempercayai teori ini. Apabila ada yang tidak percaya dengan teori ini, maka orang tersebut akan dihukum mati.
    (Gambar Teori Geosentris)
  2. Teori Heliosentris dikemukakan oleh Nicolas Copernicus, seorang astronom asal Polandia pada zaman Renaisans. Teori ini menyatakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya, dimana bumi, planet, dan benda - benda langit berputar mengelilingi matahari.

    Copernicus menyusun model tata surya Heliosentris yang kemudian dikembangkan oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Galileo berinovasi dengan mengembangkan teleskop guna mempertajam pengamatan astronomi, sedangkan Kepler menjadi ilmuwan pertama yang dapat menyusun secara tepat pergerakan planet - planet dengan matahari sebagai pusatnya. Dalam perkembangannya, Kepler memiliki 3 buah teori yang dikemukakan olehnya.
    (Gambar Teori Heliosentris)
Hingga saat ini, teori - teori tersebut masih belum bisa secara pasti menentukan dasar ilmu astronomi kita. Setiap teori masih memiliki kekurangan dan kelebihan yang dapat mempengaruhi perkembangan teori tersebut kedepannya. Untuk sementara ini, teori yang kita gunakana adalah Teori Heliosentris. Tetapi untuk yang akan datang, kita tidak akan tahu bagaimana.

Sumber :
Sumber 1
Sumber 2


Dewasa ini banyak orang yang mulai tertarik dengan ilmu astronomi, mungkin karena memiliki hal- hal yang menarik dan memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan. Ilmu Astronomi dapat dikatakan ilmu yang mempelajari tentang perbintangan, benda - benda langit, luar angkasa, bahkan alam semesta.
Secara umum, Ilmu Astronomi adalah cabang ilmu alam tentang pengamatan benda - benda langit seperti galaksi, nebula, komet, dsb, yang berada di atas lapisan bumi baik menggunakan alat bantu ataupun dengan mata telanjang.
Ilmu ini secara pokok mempelajari hal - hal tentang benda langit seperti :
  • Asal usul benda langit
  • Sifat fisika/kimia dari benda langit
  • Meteorologi
  • Gerak benda langit
Sejarah Perkembangan Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi adalah salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam sejarah manusia. Manusia telah menggunakan Ilmu Astronomi selama ribuan tahun untuk menentukan segala kebutuhan manusia. Ilmu Astronomi telah dipelajari oleh bangsa Mesir yang dapat diketahui dari artefak - artefak kuno, kemudian pada peradaban Yunani, Maya, Cina, Mesir, dan Babilonia juga didapati melakukan pengamatan benda - benda langit.

Pada zaman dahulu, orang - orang melakukan pengamatan benda langit dengan mata telanjang tanpa menggunakan alat bantu. Ilmu astronomi pada zaman dahulu digunakan manusia untuk menentukan musim, cuaca, dan iklim. Ketiga hal tersebut sangat berguna bagi manusia pada zaman dahulu untuk menentukan waktu memulai bercocok tanam atau menentukan panjang tahun. 

Sebelum ditemukannya alat - alat modern seperti teleskop, manusia pada zaman dahulu melakukan penelitian terhadap benda - benda langit menggunakan bantuan dari bangunan - bangunan atau daerah dataran tinggi. Hingga pada akhirnya, teleskop ditemukan oleh Galileo Galilei yang pada akhirnya temuan tersebut dikembangkan oleh Sir Issac Newton dengan penemuannya yaitu teleskop refleksi.